Wednesday 7 October 2015

Acne Vulgaris (JERAWAT)


 
pencenk-estry.blogspot.com
1. Definisi.
Acne vulgaris atau jerawat adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmadja, 2007). Defenisi lain akne vulgaris atau disebut juga common acne adalah penyakit radang menahun dari apparatus pilosebasea, lesi paling sering di jumpai pada wajah, dada dan punggung. Kelenjar yang meradang dapat membentuk papul kecil berwarna merah muda, yang kadang kala mengelilingi komedo sehingga tampak hitam pada bagian tengahnya, atau membentuk pustule atau kista; penyebab tak diketahui, tetapi telah dikemukakan banyak faktor, termasuk stress, faktor herediter, hormon, obat dan bakteri, khususnya Propionibacterium acnes, Staphylococcus albus, dan Malassezia furfur, berperan dalam etiologi (Dorland, 2002).

2. Klasifikasi Acne 
 Menurut plewig dan kligman (1975) dalam Djuanda (2003) akne diklasifikasikan atas tiga bagian yaitu:  
  1. Akne vulgaris dan varietasnya yaitu akne tropikalis, akne fulminan,  pioderma fasiale, akne mekanika dan lainnya. 
  2. Akne venenata akibat kontaktan eksternal dan varietasnya yaitu akne kosmetika, akne pomade, akne klor, akne akibat kerja, dan akne diterjen. 
  3. Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya yaitu solar comedones dan akne radiasi. 

3. Kejadian Akne Vulgaris

Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Baru pada masa remajalah akne vulgaris menjadi salah satu problem. Umumnya insiden terjadi pasa umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria dan masa itu lesi yang pradominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang. Diketahui pula bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita akne vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa dan Amerika), dan lebih sering terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada Negro (Wasiaatmadja, 2007).

4. Etiologi dan Patogenesis Akne Vulgaris 
Akne vulgaris adalah penyakit yang disebabkan multifaktor, menurut Pindha (dalam Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya 2004) faktor - faktor yang mempengaruhi terjadinya akne adalah:

1. Faktor genetik.

Faktor genetik memegang peranan penting terhadap kemungkinan seseorang menderita akne. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa akne terdapat pada 45% remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita akne, dan hanya 8% bila ke dua orang tuanya tidak menderita akne.



2. Faktor ras.

Warga Amerika berkulit putih lebih banyak menderita akne dibandingkan dengan yang berkulit hitam dan akne yang diderita lebih berat dibandingkan dengan orang Jepang.

3. Hormonal.
Hormonal dan kelebihan keringat semua pengaruh perkembangan dan atau keparahan dari jerawat (Ayer J dan Burrows N, 2006). Beberapa faktor fisiologis seperti menstruasi dapat mempengaruhi akne. Pada wanita, 60 - 70% akne yang diderita menjadi lebih parah beberapa hari sebelum menstruasi dan menetap sampai seminggu setelah menstruasi.

4. Diet.
Tidak ditemukan adanya hubungan antara akne dengan asupan total kalori dan jenis makanan, walapun beberapa penderita menyatakan akne bertambahparah setelah mengkonsumsi beberapa makanan tertentu seperti coklat dan makanan berlemak.

5. Iklim.
Cuaca yang panas dan lembab memperburuk akne. Hidrasi pada stratum koreneum epidermis dapat merangsang terjadinya akne. Pajanan sinar matahari yang berlebihan dapat memperburuk akne.

6. Lingkungan.
Akne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di daerah industri dan pertambangan dibandingkan dengan di pedesaan.

7. Stres.
Akne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita stres emosional. Mekanisme yang tepat dari proses jerawat tidak sepenuhnya dipahami, namun diketahui dicirikan oleh sebum berlebih, hiperkeratinisasi folikel, stres oksidatif dan peradangan. Androgen, mikroba dan pengaruh pathogenetic juga bekerja dalam proses terjadinya jerawat (Thiboutot, 2008).
Perubahan patogenik pertama dalam akne adalah

  1. Keratinisasi yang abnormal pada epitel folikel, mengakibatkan pengaruh pada sel berkeratin di dalam lumen.
  2. Peningkatan sekresi sebum oleh kelenjar sebasea. Penderita dengan akne vulgaris memiliki produksi sebum yang lebih dari rata-rata dan biasanya keparahan akne sebanding dengan produksi sebum (Pindha dalam Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya 2004).
  3. Proliferasi proprionebacterium akne dalam folikel.
  4. Radang (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 2000).

Lesi akne vulgaris tumbuh dalam folikel sebasea besar dan multilobus yang mengeluarkan produknya ke dalam saluran folikel. Lesi permukaan akne adalah komedo, yang merupakan kantong folikel yang berdilatasi berisi materi keratinosa berlapis, lipid dan bakteri. Komedo sendiri terdiri atas dua jenis yaitu:

  1. Komedo terbuka, dikenal sebagai kepala hitam, memiliki orifisium pilosebasea patulosa yang member gambaran sumbatan. Komedo terbuka lebih jarang mengalami radang.
  2. Komedo tertutup atau kepala putih. Papula radang atau nodula tumbuh dari komedo yang telah rupture dan mengeluarkan isi folikel ke dermis bawahnya, menginduksi radang neutrofilik. Jika reaksi radang mendekati permukaan, timbul papula dan pustule, jika infiltrate radang terjadi pada dermis lebih dalam, terbentuk nodula. Supurasi dan reaksi sel raksasa yang kadang-kadang terjadi pada keratin dan rambut di sebabkan oleh lesi nodulokistik. Nodulokistik bukan merupakan kista yang sesungguhnya tetapi massa puing-puing radang yang mencair (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 1999).
 5. Gejala Klinis Akne Vulgaris
Akne vulgaris ditandai dengan empat tipe dasar lesi : komedo terbuka dan tertutup, papula, pustula dan lesi nodulokistik. Satu atau lebih tipe lesi dapat mendominasi; bentuk yang paling ringan yang paling sering terlihat pada awal usia remaja, lesi terbatas pada komedo pada bagian tengah wajah. Lesi dapat mengenai dada, pungguang atas dan daerah deltoid. Lesi yang mendominasi pada kening, terutama komedo tertutup sering disebabkan oleh penggunaan sediaan minyak rambut (akne pomade). Mengenai tubuh paling sering pada laki-laki. Lesi sering menyembuh dengan eritema dan hiperpigmentasi pasca radang sementara; sikatrik berlubang, atrofi atau hipertrofi dapat ditemukan di sela-sela, tergantung keparahan, kedalaman dan kronisitas proses (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 1999).

Akne dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetika. Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne berupa papul miliar yang di tengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berawarna hitam mengandung unsure melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black comedo, open comedo). Sedang bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsure melanin disebut komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close comedo) (wasitaatmadja, 2007).

Menurut wasitaatmadja (1982) dalam Djuanda (2003) di Bagian Imu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangun Kusumo membuat gradasi sebagai berikut:

  1. Ringan, bila beberapa lesi tak beradang pada satu predileksi, sedikit lesi tak
    beradang pada beberapa tempat predileksi, sedikit lesi beradang pada satu
    predileksi.
  2. Sedang, bila banyak lesi tak beradang pada satu predileksi, beberapa lesi tak
    beradang lebih dari satu predileksi, beberapa lesi beradang pada satu
    predileksi, sedikit lesi beradang pada lebih dari satu predileksi.
  3. Berat, bila banyak lesi tak beradang pada lebih dari satu predileksi, banyak
    lebih beradang pada satu atau lebih predileksi.
terima kasih semoga bermanfaat...

Untuk pengobatan dan pencegahan Akne vulgaris klik disini


     

    No comments:

    Post a Comment