Wednesday 23 November 2011

Cara - Cara Pemberian Obat.

Selamat pagi, siang..dst... Obat itulah yang sering dikatakan orang - orang ketika sakit. Kemudian mereka akan pergi ke dokter ataupun tenaga medis lainya. mereka akan dusuntik ataupun dikasih obat untuk ditelan ataupun sirup. Kalau anda masuk rumah sakit anda tentunya akan di infus, dan menyuntiknya pun lewat infus. Mungkin untuk orang yang jeli akan bertanya kok nyuntiknya lewat selang tidak lewat bokong. Untuk itu mantri pencenk akan memberikan sedikit gambaran tentang cara - cara pemberian obat......langsung saja ke TKP...


  1. Oral.Pemberian obat melalui mulut (per oral) adalah cara yang paling lazim, karena sangat praktis, mudah dan aman. Namun, tidak semua obat dapat diberikan peroral, misalnya obat yang bersifat merangsang (emetin, aminofilin) atau yang diuraikan oleh getah lambung, seperti benzilpenisilin, oksitosin dan hormon steroida. Sering kali. resorpsi obat setelah pemberian oral tidak teratur dan tidak lengkap, meskipun formulasinya optimal, misalnya senyawa amonium  kwartener (thinazinanium), tetrasiklin, kloksalsilin dan digoksin (maksimal 80 %). Keberatan lain adalah obat setelah diresorpsi harus melalui hati, di mana dapat terjadi inaktivasi, sebelum diedarkan ke lokasi kerjanya . Untuk mencapai efek lokal di usus dilakukan pemberian oral, misalnya obat cacing atau antibiotika untuk mensterilkan lambung usus pada infeksi atau sebelum pembedahan (streptomisin, kanamisin, neomisin, beberapa sulfonamida). Obat-obat ini justru tidak boleh diserap, begitu pula zat-zat kontras Rontgen guna membuat foto lambung-usus.
  2. Sublingual (bawah lidah).Obat setelah dikunyah halus (bila perlu) diletakkan di bawah lidah (sublingual), tempat berlangsungnya resorpsi oleh selaput lendir setempat ke dalam vena lidah yang sangat banyak di lokasi ini. Keuntungan cara ini ialah obat langsung masuk ke peredaran darah besar tanpa melalui hati. Oleh karena itu, cara ini digunakan bila efek yang pesat dan lengkap diinginkan, misalnya pada serangan angina (suatu penyakit jantung), asma atau migrain (nitrogliserin, isoprenalin, ergotamin, juga metiltestosteron). Keberatannya adalah kurang praktis untuk digunakan terus-menerus dan dapat merangsang mukosa mulut. Hanya obat yang bersifat lipofil saja yang dapat diberikan dengan cara ini.
  3. Injeksi. (suntikan) Pemberian obat secara parenteral (berarti "di luar usus") biasanya dipilih bila diinginkan efek yang cepat, kuat dan lengkap atau untuk obat yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormon), atau tidak diresorpsi usus (streptomisin). Begitu pula pada pasien yang tidak sadar atau tidak mau bekerja sama. Keberatannya adalah cara ini lebih mahal dan nyeri serta sukar digunakan oleh pasien sendiri. Selain itu, ada pula bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat. (untuk tempat – tempat  suntikan tunggu posting  selanjutnya)
  4. Intravaginal.Untuk mengobati gangguan vagina secara lokal tersedia salep, tablet, atau sejenis suppositoria vaginal (ovula) yang harus dimasukkan ke dalam vagina dan melarut di situ. Contohnya adalah metronidazol pada vaginitis (radang vagina) akibat parasit trichomonas dan candida. Obat dapat pula digunakan sebagai cairan bilasan. Penggunaan lain adalah untuk mencegah kehamilan, di mana zat spermicid (dengan daya mematikan sel - sel mani) dimasukkan dalam bentuk tablet busa, krem, atau foam.
  5. Kulit (topikal).Pada penyakit kulit, obat yang digunakan berupa salep, krem, atau lotion (kocokan). Kulit yang sehat dan utuh sukar sekali ditembus obat, tetapi resorpsi berlangsung lebih mudah bila ada kerusakan. Efek sistemis yang menyusul kadang-kadang berbahaya, seperti dengan kortikosteroida (kortison, betametason, dll), terutama bila digunakan dengan cara occlusi, artinya ditutup dengan plastik. Resorpsi dapat diperbaiki pula dengan tambahan zat-zat keratolitis dengan daya melarutkan lapisan tanduk dari kulit, misalnya asam salisilat, urea dan resorsin. Salep dan linimen (obat gosok) banyak digunakan pula untuk meringankan rasa nyeri atau kaku otot setempat akibat rematik atau gangguan lain. Obat ini biasanya mengandung analgetika (metilsalisilat, diklofenak, benzidamin, fenilbutazon) dan zat terbang (mental, kamfer, minyak permen, minyak kayu putih). Cara terbaru adalah plester transdermal yang dilekatkan pada kulit dan sebaiknya pada bagian dalam pergelangan tangan, di belakang telinga, atau tempat lain dengan kulit tipis yang mengandung banyak pembuluh. Yang banyak digunakan adalah TTS (Transdermal Therapeutic System), yaitu plester yang melepaskan obat secara berangsur dan teratur selama beberapa waktu dan langsung memasuki darah. Contoh terkenal adalah plester nikotin, obat mabuk jalan skopolamin (Scopoderm), obat angina nitrogliserin (Nitroderm TTS) dan estradiol (Estaderm TTS). 
Itu tadi sedikit info dari saya semoga bermanfaat... suwun...

Sumber : obat - obat penting, Drs. Tan Hoan Tja. Drs. Kirana Rahardja, 2007.

No comments:

Post a Comment